Pengkerutan Temulawak (Curcuma Xanthorrisa) Selama Proses Pengeringan

##plugins.themes.academic_pro.article.main##

Kartika Pertama Sari
Junaedi Muhidong
Iqbal Iqbal

Abstract

Di Indonesia tanaman temulawak merupakan salah satu jenis tanaman rimpang yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pengkerutan bahan temulawak serta mempelajari perubahan volume temulawak selama pengeringan. Proses pengeringan mekanis dengan menggunakan alat tipe batch ini diharapkan dapat memperoleh kadar air yang konstan dan tidak mengurangi mutu dari temulawak yang dihasilkan. Temulawak dikeringkan dengan menggunakan 2 suhu yaitu suhu 400C dan 500C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan, maka semakin cepat laju pengkerutan, baik pada sampel silinder atau pun sampel persegi. Ada tiga jenis model pengkerutan yang diuji untuk mendeteksi perilaku Rasio Volume. Ketiga model yang dimaksud adalah model Exponensial, model Linear dan Polymonial. Persamaan model Polynomial untuk dua sampel yang berbeda ini menunjukkan nilai R2 yang lebih besar dibandingkan dengan dua persamaan model lainnya yaitu model Exponensial, dan model Linear. Hal ini menunjukkan bahwa model Polynomial adalah model terbaik untuk merepresentasikan karena memiliki nilai kesesuaian yang besar terhadap karakteristik pengkerutan temulawak.

##plugins.themes.academic_pro.article.details##

How to Cite
Sari, K. P., Muhidong, J., & Iqbal, I. (2018). Pengkerutan Temulawak (Curcuma Xanthorrisa) Selama Proses Pengeringan. Jurnal Agritechno, 9(1), 55–62. https://doi.org/10.20956/at.v9i1.39