Rajawali (Ragam Jejak Warisan Budaya Dan Kearifan Lokal): Pengembangan Desa Wisata Berkelanjutan Berbasis Budaya Dan Produk Lokal Di Desa Sanrobone, Kabupaten Takalar
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Pada abad ke-15 M, di Desa Sanrobone, Kabupaten Takalar, terdapat kerajaan dengan nama yang sama. Namun, perubahan sosial dan ekonomi membuat kondisi masyarakat tidak sebaik sebelumnya. Situs-situs penting seperti rumah adat Balla Lompoa, makam leluhur, dan masjid tua usang dimakan waktu. Sektor pertanian dan kelautan menjadi mata pencaharian utama, tetapi juga terdapat pengembangan UMKM. Artikel ini memberikan wawasan dan panduan bagi pengembangan desa wisata budaya di daerah lain dengan potensi budaya dan kearifan lokal yang kaya. Pendekatan pemberdayaan masyarakat menggunakan tujuh dimensi (7D) dan melibatkan survei, pelatihan, pendampingan, monitoring, dan evaluasi. Peneliti berinteraksi dengan Kepala Desa dan aparat desa, serta menggunakan literatur pendukung seperti jurnal, artikel, dan video. Tindakan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang diidentifikasi dalam survei, termasuk pelatihan UMKM, publikasi, dan pengelolaan desa wisata. Evaluasi dilakukan untuk menganalisis hasil dan tingkat antusiasme masyarakat. Pengembangan desa wisata budaya di Desa Sanrobone menghasilkan perubahan signifikan. Masyarakat mitra terampil mengelola UMKM, pemuda mahir dalam pengambilan gambar situs budaya, dan kelompok sadar wisata aktif dalam pengelolaan situs budaya serta pembuatan papan informasi. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang potensi wisata budaya meningkat, dengan rasa tanggung jawab bersama menjaga situs-situs tersebut.